Site stats Inilah 8 Pahlawan Indonesia yang Jarang Dikenal – Brain Berries

Inilah 8 Pahlawan Indonesia yang Jarang Dikenal

Advertisements

Kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan mudah. Banyak sekali pejuang Tanah Air yang rela bekerja keras banting tulang hingga mempertaruhkan nyawa demi mengatakan kata ‘merdeka’. Nah, kali ini kami akan membahas 8 pahlawan Indonesia yang jarang dikenal sepak terjangnya. Ada pahlawan siapa saja? Yuk simak daftar pertamanya di bawah ini.

1. B.M. Diah

Pahlawan pertama yang mungkin Anda tidak ketahui adalah Burhanuddin Mohammad Diah atau akrab dipanggil B.M. Diah. Pria kelahiran Kutaraja 7 April 1917 itu merupakan pahlawan sekaligus tokoh pers dan diplomat Indonesia yang dipercaya oleh Bung Karno dalam menyebarkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ke seluruh penjuru Indonesia. B.M. Diah dan rekan-rekannya kemudian berhasil menyebarkan berita bahagia itu meskipun harus merebut kantor percetakan Jepang yang menerbitkan Harian Asia Raja.

Selain itu, B.M. Diah juga pendiri surat kabar Merdeka dan menjadi pemimpin redaksi hingga akhir hayatnya. Karena perjuangan dan jasa-jasanya, B.M. Diah diberi penghargaan sebagai Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto dan medali perjuangan angkatan 45 dari Dewan Harian Nasional Angkatan 45. Dia meninggal pada tanggal 10 Juni 1996 di usia 79 tahun.

2. S.K. Trimurti

Selanjutnya ada pahlawan perempuan yang lahir di Boyolali, 11 Mei 1912 bernama Surastri Karma Trimurti atau lebih dikenal dengan S.K. Trimurti. Dia adalah seorang pahlawan, wartawan, penulis, dan guru Indonesia yang ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia melalui sastra dan media. S.K. Trimurti adalah pengajar di sebuah SD saat zaman penjajahan dan ditangkap oleh Belanda karena menyuarakan pesan anti-kolonial. Setelah bebas, S.K Trimurti tetap menyuarakan kritik atas penjajahan dan bekerja sebagai wartawan. 

Meskipun telah menggunakan nama samaran, tapi S.K. Trimurti tetap ketahuan dan ditangkap lagi di zaman penjajahan Jepang. Kegigihannya dalam menyuarakan kritikan pedas atas penjajahan yang terjadi di Indonesia telah berhasil mengobarkan semangat rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan! S.K. Trimurti meninggal di usia 96 tahun pada tahun 2008. 

Tahukah Anda jika Trimurti adalah istri dari Sayuti Melik? Ya, Sayuti Melik adalah pria yang berperan dalam peristiwa Rengasdengklok dan tergabung dalam PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Sayuti Melik jugalah sang pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

3. Sutan Syahrir

Pahlawan selanjutnya yang mungkin Anda tidak tahu adalah Sutan Syahrir atau Soetan Sjahrir. Dia lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 5 Maret 1909. Dia adalah Perdana Menteri Indonesia pertama sekaligus perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Dia juga salah satu pendiri Pemuda Indonesia yang menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928. 

Selain itu, Sutan Syahrir juga mendirikan sebuah partai bersama Bung Hatta bernama Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) pada tahun 1932 dan mencetak kader-kader pergerakan yang dinilai radikal oleh polisi kolonial. Hingga pada tahun 1934, Belanda menangkap, memenjarakan, dan membuang Sutan Syahrir, Hatta, dan pemimpin PNI Baru ke Boven-Digoel dan Banda Neira. 

Setelah kemerdekaan Indonesia, pahlawan yang dijuluki Si Kancil ini sempat menjabat sebagai penasihat Presiden Soekarno sekaligus Duta Besar Keliling, serta sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Syahrir selalu menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti-kekerasan. Dia konsisten memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi. Sutan Syahrir meninggal di Swiss pada tanggal 9 April 1966 saat berumur 57 tahun.

4. Komisaris Jenderal Dr. H. Moehammad Jasin

Di daftar keempat ada Komisaris Jenderal Dr. H. Moehammad Jasin yang dikenal sebagai ‘Bapak Brimob Polri’. Dia adalah pejuang Indonesia di bidang kepolisian. Aksinya yang paling bersejarah adalah saat dia memproklamasikan Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia atau PRI. Dalam aksinya, PRI sering melakukan aksi penyerangan serdadu Jepang dan merampas senjatanya. 

PRI yang dikepalai Moehammad Jasin ini juga terlibat dalam Insiden Bendera di Hotel Yamato dan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Moehammad Jasin meninggal dunia tanggal 3 Mei 2012 di usia 91 tahun. Berkat jasa-jasanya, Moehammad Jasin diangkat menjadi pahlawan nasional pada tahun 2015.

5. Sukarni Kartodiwirjo

Sukarni Kartodiwirjo adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, penuh semangat, dan tidak takut bahaya dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sukarni juga tergabung dalam golongan pemuda yang mendesak golongan tua untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia dan membawa Bung Karno serta Bung Hatta ke Rengasdengklok pada sekitar 15 Agustus 1945. 

Setelah peristiwa Rengasdengklok, Sukarni mengemban amanat untuk bahu-membahu bersama kelompok pemuda lainnya dalam meneruskan berita kemerdekaan Republik Indonesia. Sukarni membentuk sebuah panitia gerak cepat untuk menyebarkan kabar bahagia itu. Sukarni juga aktif dalam politik hingga akhirnya dipenjara karena berselisih dengan PKI. Sukarni akhirnya dibebaskan dari penjara pada sekitar tahun 1965 dan ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga wafat pada tanggal 7 Mei 1971 di usia 54 tahun. Dia mendapat penghargaan Bintang Mahaputra kelas empat lho!

6. Margonda

Mungkin jika Anda tinggal di kawasan Depok, sepertinya bakal tahu sama nama Margonda, karena namanya dijadikan nama jalan utama di Kota Depok. Namun bagi mereka yang bukan penduduk Depok, mungkin akan sedikit asing dengan pahlawan satu ini.

Margonda adalah seorang pahlawan yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan Jepang dengan mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Setelah merdeka, terjadi perseteruan antara tentara Inggris dan AMRI di Depok. Namun tragis, pertempuran itu akhirnya merenggut nyawa Margonda yang gugur di kawasan Kali Bata Depok (bukan Kalibata Jakarta).

7. Dewi Sartika

Selanjutnya ada pahlawan wanita yang meneruskan perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan emansipasi dan pendidikan untuk kaum wanita. Ia bernama Dewi Sartika. Dewi Sartika membangun sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung pada tahun 1904 untuk memajukan pendidikan wanita. Saat awal dibuka, sekolah itu punya 20 murid wanita, namun makin lama makin banyak yang ingin mendaftar, akhirnya sekolah dipindah dan ganti nama jadi Sekolah Keutamaan Isteri. 

Hebatnya, agar sekolah dapat terus berjalan, Dewi Sartika ikut membanting tulang untuk membiayai kebutuhan operasional sekolah. Namun Dewi Sartika tidak pernah mengeluh akan hal itu. Akhirnya nama sekolahnya berubah menjadi Sekolah Raden Dewi. Saat memasuki usia senja, Dewi Sartika dan para pejuang di Sunda ikut melawan membela tanah air saat agresi militer tahun 1947. Namun saat masa pengungsian, Dewi Sartika menghembuskan napas terakhir di usia ke 62 tahun, tanggal 11 September 1947.

8. Mohammad Yamin

Di daftar terakhir ada Mohammad Yamin yang diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta Pusat. Dia adalah seorang pahlawan, sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang dihormati dan disegani. Namun mungkin jarang yang mengetahui sepak terjang Mohammad Yamin dari sebelum merdeka hingga setelahnya. Ya, Mohammad Yamin adalah salah satu tokoh yang merumuskan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. 

Mohammad Yamin kemudian melanjutkan perjuangan melalui karya sastra dan tulisan-tulisan yang indah dan sangat dikenal dalam jurnal Jong Sumatra. Mohammad Yamin menghasilkan banyak mahakarya seperti Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Gajah Mada (1948), dan Revolusi Amerika (1951). Dia juga menjadi pencetus bahasa kesatuan, Bahasa Indonesia, serta menjadi penasehat dalam delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar. Dia bersama Bung Hatta juga membuat konsep Pancasila dan pasal-pasal yang memuat Hak Asasi Manusia dalam Undang Undang Dasar 1945.

Nah, itulah 8 pahlawan Indonesia yang jarang dikenal sepak terjangnya. Apakah Anda mengetahui pahlawan lainnya? Beri tahu kami di kolom komentar ya!