Polusi udara di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta merupakan ancaman serius bagi warga lokal. Apalagi baru-baru ini beredar berita viral tentang betapa parahnya polusi udara di Jakarta, yang membuat langit menjadi gelap karena polusi udara yang sangat pekat. Selain itu, berdasarkan laporan dari IQAir per 15 Agustus 2023, rata-rata polutan halus yang beredar di udara Jakarta mencapai 45,3 mikrogram per meter kubik. Angka ini sembilan kali lebih besar dari ambang batas yang ditentukan WHO.
Berdasarkan informasi yang disampaikan pemerintah, ternyata sumber polusi udara di Jakarta sebagian besar berasal dari asap knalpot kendaraan, pembakaran batu bara, pembakaran terbuka, konstruksi, debu, dan partikel tanah yang tersuspensi. Akibatnya, banyak sekali warga lokal yang mengalami gangguan pernapasan seperti batuk berkepanjangan dan gangguan kardiovaskular.
Demi menekan jumlah korban polusi udara, pemerintah mulai mengambil langkah khusus seperti membentuk unit kerja baru untuk mempercepat pengendalian sumber emisi bergerak, rencana menerapkan program WFH untuk perusahaan, hingga memperbanyak ruang terbuka hijau di Jabodetabek.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi polusi udara? Nah, kali ini kami akan membahas 6 cara mengatasi polusi udara yang mengganas di Indonesia. Kira-kira cara apa saja ya? Langsung simak daftar pertamanya di bawah ini.
1. Mengurangi Pemakaian Kendaraan Bermotor
Polusi udara yang dihasilkan dari asap pembuangan kendaraan bermotor ternyata berdampak serius pada polusi udara. Pasalnya kendaraan bermotor mengeluarkan asap atau gas buang yang berbahaya terhadap kesehatan paru-paru.
Untuk turut mengurangi tingkat polusi udara, Anda bisa mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan beralih ke kendaraan umum seperti kereta, MRT, LRT, dan bus. Selain itu, Anda juga bisa mengendarai alat transportasi bebas polusi udara seperti sepeda atau bahkan bisa berjalan kaki saja jika jarak tujuan tidak jauh. Selain ikut menghindari polusi, cara ini juga mendorong ke gaya hidup sehat.
2. Jangan Membakar Sampah Sembarangan
Membakar sampah sepertinya masih menjadi kegiatan yang lumrah dilakukan warga lokal. Pasalnya mereka menganggap kegiatan itu sangat efektif untuk mengurangi sampah rumah tangga yang menumpuk. Ini dilakukan terutama jika tidak ada petugas kebersihan yang mengangkut sampah di lingkungan sekitar. Minimnya petugas kebersihan ini membuat warga merasa membakar sampah merupakan solusi terbaik.
Padahal asap yang dihasilkan sampah tersebut tergolong berbahaya seperti karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, dan gas rumah kaca lainnya. Sehingga dapat mempengaruhi kesehatan warga sekitar. Sehingga membakar sampah rumah tangga ini sangat tidak dianjurkan dan sebaiknya dihindari.
3. Terapkan 3R
Jika membakar sampah tidak dianjurkan lalu bagaimana solusinya? Langkah paling tepat untuk mengatasi sampah yang menumpuk adalah dengan menerapkan prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle, untuk mengurangi sampah yang berakhir ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Memangnya seperti apa sih contoh 3R? Reduce tujuannya adalah mengurangi sampah plastik seperti botol air mineral plastik, kresek plastik, dan barang kebutuhan rumah tangga dengan kemasan saset. Sebagai ganti dari kemasan-kemasan tadi, Anda bisa menggunakan botol minuman yang bisa dipakai berulang-ulang, kantong belanja berbahan kain. Anda juga bisa menyiapkan tempat tersendiri untuk menampung kebutuhan rumah tangga seperti sabun cair, sampo, kopi, dan lain-lain.
Untuk prinsip Reuse, Anda bisa menerapkannya seperti dengan memanfaatkan kaus bekas sebagai kain lap untuk membersihkan perabotan, menjadikan botol bekas menjadi pot bunga, atau memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk.
Recycleadalah langkah terakhir untuk mengurangi sampah yang berakhir ke TPA. Contoh praktis dari recycle adalah menggunakan sampah non-organik menjadi bahan baku bangunan, membawa sampah plastik ke tempat peleburan khusus daur ulang, atau mengubah sampah non-organik menjadi kerajinan tangan. Jika usaha menerapkan 3R sudah maksimal, maka Anda dapat membuang sisa sampah ke TPA.
4. Memasang Alat Penyaring Udara dan Pelihara Tanaman
Jika polusi udara sudah tidak terkontrol dan berasal dari faktor eksternal, maka Anda dapat mempersiapkan langkah khusus untuk mengurangi penyebaran polusi udara di lingkungan sekitar rumah. Seperti apa langkah-langkah khusus ini?
Langkah pertama adalah memasang alat untuk menyaring udara, seperti air purifier. Alat ini berfungsi untuk membersihkan dan menjernihkan udara serta debu, membunuh kuman dan bakteri, serta membersihkan kontaminan kimiawi.
Selain memanfaatkan fungsi air purifier, Anda juga dapat memelihara tanaman atau taman di sekitar rumah Anda untuk menyerap partikel polusi udara seperti debu dan gas-gas berbahaya serta mengolahnya menjadi oksigen yang baik untuk kesehatan. Beberapa tanaman yang bagus untuk mengolah polusi udara adalah ivy, lady’s mantle, tanaman karet, lily, lidah buaya, dan pakis boston.
5. Hemat Energi Listrik
Apa hubungan antara energi listrik dengan polusi udara? Ternyata kedua hal itu berhubungan erat lho! Pasalnya banyak sekali pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar yang menyebabkan polusi udara, seperti batu bara dan minyak bumi.
Dengan menghemat energi listrik, maka Anda dapat mengurangi polusi udara yang berasal dari pembangkit listrik. Selain itu, Anda juga dapat memasang pembangkit listrik tenaga surya di rumah sendiri, yang biasanya dipasang di atas atap. Pembangkit listrik tenaga surya ini dapat menjadi sumber tenaga listrik alternatif yang tidak menyebabkan polusi udara.
6. Rutin Merawat Mesin Kendaraan Bermotor
Meskipun Anda rajin menggunakan alat transportasi umum, sepeda, dan berjalan kaki, tapi pasti ada beberapa momen di mana Anda sangat membutuhkan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Alhasil, Anda pasti merasa sangat berdosa karena menyumbangkan polusi udara saat mengendarainya.
Namun tenang saja, Anda tidak perlu merasa berdosa jika Anda rutin merawat mesin kendaraan bermotor. Pasalnya kendaraan bermotor yang jarang dirawat berpotensi menyumbang polusi udara yang lebih besar ketimbang kendaraan bermotor yang sering dirawat.