Perang meletus antara Ukraina dan Rusia yang terjadi sejak beberapa minggu lalu. Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan serangan militer ke berbagai wilayah di Ukraina. Hal itu membuat ratusan hingga ribuan orang terluka dan tewas, baik dari pihak Ukraina maupun Rusia. Memangnya mengapa perang bisa terjadi? Bagaimana kondisi Ukraina, Rusia, dan dunia saat ini? Mari kita bahas lebih dalam lewat fakta dan kabar terkini perang Ukraina dan Rusia.
1. Sejarah Awal
Sebelum membahas kabar terkini perang dan konflik Rusia-Ukraina, Anda harus mengetahui sejarah awal antara Ukraina dan Rusia. Sejarah bermula saat Perang Dunia Kedua telah berakhir, di mana kubu Blok Poros yang dipimpin oleh Jepang, Italia, dan Jerman kalah dengan Blok Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat, Uni Soviet, dan United Kingdom.
Setelah perang berakhir, Amerika Serikat dan Uni Soviet berlomba-lomba untuk menjadi negara adidaya, maka terjadilah perang dingin antar dua negara tersebut. Mereka juga bersaing dalam bidang militer, politik, hingga ekonomi.
Alhasil, Eropa terbagi menjadi dua kubu yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat serta membentuk aliansi internasional bernama NATO, dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet serta membentuk aliansi bernama Pakta Warsawa.
Namun sekitar tahun 1991, Uni Soviet mengalami krisis ekonomi dan terpecah menjadi 15 negara bagian, aliansi Pakta Warsawa juga ikut dibubarkan. Akhirnya negara-negara bagian tersebut seperti Rusia, Ukraina, dan lainnya menyatakan merdeka. Singkat cerita, negara-negara tersebut hidup berdampingan dan damai. Namun, bagaimana awal mula konflik antara Rusia dan Ukraina?
2. Konflik Bermula Sejak 2013
Ketegangan antara Ukraina dan Rusia bermula pada tahun akhir 2013 di mana penduduk Ukraina melengserkan presiden saat itu, Viktor Yanukovych karena terbukti pro Rusia. Alhasil pada tahun 2014, Rusia memutuskan untuk mencaplok Semenanjung Krimea yang awalnya merupakan wilayah Ukraina. Alhasil konflik dan peperangan meletus sejak tahun 2014 antara Rusia, Ukraina, dan golongan separatis Ukraina yang pro Rusia.
Dampaknya, ada sekitar 14 ribu penduduk sipil dan tentara yang tewas, serta banyak sekali bangunan yang hancur. Akhirnya pihak Rusia dan Ukraina berhasil mengambil jalan tengah dan menandatangani perjanjian damai Minsk. Alhasil, perang antar dua negara tersebut berhenti pada akhir tahun 2014.
3. Ukraina Ingin Bergabung NATO
Meskipun telah ada perjanjian damai Minsk, tapi keadaan mulai tidak terkendali pada awal 2021. Saat itu, Presiden Ukraina mendesak Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, agar Ukraina dapat bergabung dengan NATO. Aksi tersebut membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin geram, dan mengirim sekitar 100 ribu tentara Rusia di dekat perbatasan Ukraina untuk bersiaga tanpa ada gerakan militer atau penyerangan.
Putin mengatakan bahwa penempatan tentara Rusia di perbatasan tersebut adalah antisipasi agar NATO tidak berekspansi ke Blok Timur. Putin juga beranggapan jika Ukraina memihak NATO, sama dengan memihak ke Blok Barat yang telah lama perang dingin dengan Blok Timur.
Ketegangan semakin memuncak saat Ukraina menolak ajakan Rusia untuk bergabung dengan Uni Ekonomi Eurasia, tapi lebih memilih NATO dan Uni Eropa untuk meningkatkan kekuatan militer dan sektor lainnya. Rusia juga menganggap NATO berencana membangun pangkalan militer di perbatasan Rusia dan Ukraina, serta memberi persediaan senjata serta pelatihan militer untuk Ukraina.
Alhasil, Vladimir Putin menyatakan perang dengan Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022 dan mengakui wilayah Ukraina bernama Luhansk dan Donetsk sebagai bagian dari Rusia. Sejak saat itulah, Rusia melakukan gerakan militer ke Ukraina.
4. Rusia Menyerang Berbagai Kota Di Ukraina
Pernyataan perang dari Vladimir Putin membuat Rusia menggempur berbagai kota di Ukraina. Tidak hanya ibu kota Kyiv saja yang hancur, tapi juga beberapa kota lainnya seperti Kramatorsk, Mariupol, Odessa, hingga kota perbatasan Kharkiv. Seperti yang Anda lihat pada gambar, terjadi kerusakan parah di berbagai sudut kota, seperti pada gedung sekolah, bandara udara, rumah sakit, apartemen, stasiun militer, hingga fasilitas umum penting lainnya.
Dilansir dari berbagai sumber, Rusia menyerang Ukraina lewat jalur darat, laut, dan udara menggunakan roket, misil, tank, senjata api, hingga bom tangan. Tidak tinggal diam, tentara Ukraina berjuang melawan serangan tersebut hingga terjadi baku tembak. Diprediksi telah ada ratusan hingga ribuan orang yang meninggal dunia, baik dari pihak Rusia dan Ukraina.
5. Perlawanan Warga Sipil Ukraina
Menghadapi serangan Rusia, warga sipil Ukraina melakukan berbagai usaha untuk menghindari dan melawan serangan tersebut. Ada warga yang mengungsi ke negara sebelah seperti Polandia dan Hungaria. Namun ada juga warga sipil yang melakukan perlawanan menggunakan berbagai macam alat.
Ada warga sipil Ukraina yang meminta senjata api pada tentara Ukraina dan membantu di garis depan. Ada juga yang mencoba menghentikan tank yang tengah melaju dan melemparinya dengan bom molotov buatan sendiri. Terlihat juga warga sipil yang menggunakan traktor untuk menyita kendaraan militer Rusia. Mereka saling memberikan semangat dan menyanyikan lagu nasional Negara Ukraina.
6. Rusia Alami Kerugian Yang Tidak Sedikit
Meskipun Ukraina digempur habis-habisan, tapi perlawanan tentara dan warga sipilnya membuat banyak tentara Rusia berguguran. Dari berbagai sumber, telah ada lebih dari 5 ribu tentara Rusia yang tewas serta banyak fasilitas militer Rusia yang rusak seperti pesawat tempur, tank, drone, kapal, dan lain-lain.
Walaupun begitu, tampaknya pihak Rusia tidak terbuka pada warganya terkait kerugian dari perang ini. Pemerintah Rusia menyatakan bahwa semuanya berjalan baik dan tidak ada kerugian besar. Bagaimana dengan kerugian di pihak Ukraina? Tentu saja sangat besar. Banyak korban berjatuhan dan kerusakan di infrastruktur serta fasilitas-fasilitas lainnya.
7. Dunia Memprotes Aksi Militer Rusia
Aksi serangan militer Rusia pada Ukraina menimbulkan aksi protes pada negara-negara lainnya seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, dan organisasi Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara di Eropa. Organisasi besar PBB juga tidak tinggal diam, mereka mengutuk aksi Vladimir Putin dalam mencetuskan agresi militer.
Dampaknya, banyak produk dan teknologi besar yang menghentikan produksi dan perdagangan ke Rusia seperti teknologi pembuatan senjata, truk, kapal selam nuklir, dan lain-lain. Inggris juga menjatuhkan sanksi pada lima bank terkenal Rusia seperti Rossiya dan Promsvyazbank.
Beberapa produk terkenal lainnya yang menghentikan layanan dan penjualan di Rusia adalah Visa, Mastercard, Apple, dan Netflix. Sehingga banyak warga Rusia yang merasakan dampak negatif dari aksi protes tersebut. Jika hal ini terus berlangsung, maka keberlangsungan ekonomi Rusia dapat terancam.
Selain itu, banyak pejabat hingga selebriti dunia yang mengecam invasi militer Rusia ke Ukraina. Contohnya seperti model terkenal Bella Hadid melalui akun Instagram dengan caption, “Hati saya terluka untuk Ukraina dan semua yang terkena dampak dari kenyataan yang tak terbayangkan ini. Tindakan Putin merupakan ancaman bagi setiap negara demokratis di dunia dan harus dihentikan.”
Meskipun begitu, tidak ada negara yang berani ikut campur secara langsung terhadap perang Rusia-Ukraina karena takut menjadi sasaran agresi militer Rusia selanjutnya. Hal tersebut terjadi lantaran Vladimir Putin menyatakan akan memberikan ancaman yang sangat besar jika ada yang berani ikut campur dalam konflik tersebut.
Dilansir dari portal berita CNN International, Putin mengatakan, “Siapa pun yang mencoba mengganggu dan ikut campur urusan kami, dan bahkan menciptakan ancaman bagi negara dan rakyat kami, harus tahu bahwa tanggapan Rusia akan datang secepat mungkin dan memberikan konsekuensi yang belum pernah Anda alami dalam sejarah Anda.”
8. Dampak Perang Bagi Dunia Termasuk Indonesia
Invasi Rusia ke Ukraina tentu saja memberikan dampak penting bagi dunia, termasuk Indonesia. Seperti meningkatnya harga minyak dan gas yang tembus hingga 105 USD sehingga membuat Indonesia terancam harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengimpor pasokan minyak.
Selain itu, terjadi fluktuasi nilai mata uang dunia yang tidak stabil sehingga membuat nilai rupiah melemah hingga 0,37% per akhir Februari silam. Hal itu disebabkan ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT, alhasil terjadi penarikan dana dari Rusia. Kemudian harga saham juga terpantau terjun bebas hingga 2,04%, serta dapat mengancam perdagangan impor-ekspor di Indonesia.
9. Saat ini Negosiasi Perdamaian Masih Terus Diperjuangkan
Telah beberapa minggu gejolak konflik militer antara Rusia dan Ukraina berlangsung. Saat ini telah diadakan negosiasi perdamaian agar perang dapat terhenti. Mengutip di CNN International pada tanggal 1 Maret silam bahwa perwakilan dari kedua negara tersebut telah bertemu di Belarusia, negara tetangga Ukraina dan Rusia.
Pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh presiden Ukraina dan Rusia. Dalam pertemuan itu, pihak Ukraina menuntut Rusia untuk melakukan gencatan senjata dan menarik pasukan dari negaranya. Pada putaran pertama, belum ada hasil negosiasi perdamaian yang jelas, dan mereka menyatakan akan melakukan negosiasi putaran kedua dalam waktu dekat.
Dari negosiasi putaran pertama tersebut, Putin dengan tegas memberikan dua syarat agar dapat menarik pasukannya dari Ukraina, yaitu menghapus pengaruh fasisme dan tindakan represif, serta demiliterisasi. Banyak pula netizen yang berasumsi bahwa Rusia ingin Ukraina lepas dari NATO dan bergabung dengan Uni Ekonomi Eurasia. Bagaimana menurut Anda?
Itulah kabar dan fakta terkini dari peperangan Rusia-Ukraina. Mari kita sama-sama berdoa agar konflik Rusia-Ukraina, dan peperangan di negara lainnya dapat segera berakhir!